Menkeu Enggan Tutup Kerugian Pertamina 13,2 Triliun

http://bisnisuntung7.blogspot.com/
Jakarta - Bisnis Energi (8/9/2015), Kementrian Keuangan (Kemenkeu) akan mencari cara menutup kerugian PT Pertamina (Persero) yang sudah mencapai Rp 13,2 triliun akibat tidak menaikkan bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar terhitung sejak April 2015.
Hal ini ditegaskan Mentri Keuangan (Menkeu) Bambang Brojonegoro setelah mengahadiri Rapat Kerja Rancangan Undang Undang (RUU) APBN 2016 di Gedung DPR, Jakarta hari Senin (7/9/2015).

Menkeu menyatakan bahwa dana itu bukan diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016. "APBN dari mana ? Tidak ada,"ujar dia.
Saat ditanya apakah Pertamina akan menaikkan harga jual BBM untuk menambal kerugian tersebut, Menkeu berjanji akan mencarikan jalan keluarnya. Tapi masih belum membuka cara yang akan digunakan pemerintah. "Nanti ada caranya, Pokoknya ada lah,"ujar Menkeu Bambang.
Disamping itu Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara mengatakan, kerugian Pertaminan tersebut diakibatkan oleh karena subsidi BBM yang diperintahkan pemerintah .
"Jadi kerugian itu harusnya dikompensasi lewat anggaran yang ditambahkan. Mungkin di APBN perubahan kedua atau dianggarkan pada APBN 2016 yang nanti dibayarkan belakangan. Yang penting tidak lewat harga BBM yang tidak mau diturunkan,"ujar dia.
Direktur Pembinaan dan Program Kementrian ESDM, Agus Cahyono Adi mengungkapkan, Pertamina tetap mempertahankan harga jual BBM karea kesepakatan  antara pemerintah dan komisi VII DPR untuk mengevaluasi perkembangan harga minyak dunia serta kurs rupiah setiap 6 bulan  sekali.
"Pada saat melaksanakan penyesuaian BBM ini telah terjadi kekurangan bayar atau rugi Rp 13,2 triliun sampai Agustus 2015 karena harga BBM tetap Rp.7.300 dan Solar Rp 6.900 per liter. Ini adalah bulan jatuh tempo evaluasi, tapi kita masih sepakat di harga lama,"terang Agus.
Seharusnya, harga BBM Premium di September 2015 naik menjadi Rp 7.700 per liter akibat depresiasi kurs  rupiah, fluktuasi harga minyak dunia yang sudah naik lagi dan tambahan biaya-biaya lain.
"Harga minyak susah diprediksi karena harga sekarang mulai naik lagi sampai USD 60 per barel. Perhitungannya BBM untuk sampai ke Indonesia butuh banyak biaya, seperti ada tambahan ongkos khusus Premium lebih dari Rp 800 jadi ketemu itungannya Rp 7.700,"jelas dia.
Menurut Agus, Kemenkeu akan mencari cara untuk menutupi kerugian tersebut karena Badan Usaha Milik Negera tidak boleh rugi. Hanya saja, anggaran untuk menambal rugi itu tidak boleh menggunakan dana APBN.
"Jalan instannya memang naikkan harga BBM dan aksi korporasi ditanggung BUMN. Karena BUMN kan milik negara. Makanya saya tidak bisa bicara apakah harga BBM tetap tidak bisa naik di bulan ini. Yang jelas periode September ini masih sama harganya,"kata Agus.

(Sumber: bisnis.liputan6.com)

Komentar

Postingan Populer