Indonesia Belum Dapat Mengembangkan Listrik Dari Energi Laut, ESDM alasannya Mahal

Jakarta-Bisnis Energi (21/05/16), Potensi sumber energi gelombang laut di Indonesia sangatlah besar, karena sebagian besar Republik Indonesia adalah laut, sehingga sangatlah wajar bila Indonesia disebut kaya akan sumber energi terbarukan (EBT), namun belum banyak dimanfaatkan. Contoh saja pembangkit listrik gelombang laut yang potensinya 18 gigawatt (GW), saat ini baru dimanfaatkan 0,002% atau sekitar 0,3 MW. Pengembangan energi dari laut masih dalam tahap penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsevasi Energi (EBTKE), Rida Mulyana, penembangan energi listrik dari laut ini mahal.
"Saya menunggu dulu teman-teman Balitbang, masih penelitian dong yang susah teknologi. Kan sudah banyak tapi semuanya kembali lagi keekonomiannya, canggih sih canggih tapi kalau mahal ngapain juga, karena masih jarang masih mahal," ujar Rida kepada detikFinance, di Hotel Neo Plus Green Savana, Bogor, Jumat (20/5/2016) malam.

Negara-negara yang sudah memanfaatkan energi dari air laut ini, di antaranya negara-negara yang berada di Eropa, namun belum ada dikembangkan yang bersifat komersil.

"Eropa (yang sudah kembangkan energi dari air laut), di Eropa kalau nggak salah ada EMEC (European Marine Energy Centre) gabungan beberapa negara biasanya pusatnya di Skotlandia mereka terus kembangkan, tapi belum ada yang benar-benar komersial selama ini, jadi kita juga mereka saja yang melakukan hari ini masih wait and see jadi kita cari yangmature dulu saja, yang teknologinya sudah ada," ungkap Rida.

Menurut data Kementerian ESDM, realisasi investasi energi terbarukan di kuartal I-2016 adalah US$ 320 juta. Sementara target sepanjang tahun ini adalah US$ 1,37 miliar.

Rincian realisasi investasi itu adalah:
Panas bumi, realisasi US$ 73 juta, atau 7,6% dari target US$ 960 jutaAneka EBT, realisasi US$ 2,4 juta, atau 2,4% dari target US$ 100 jutaBioenergi, realiasi US$ 250 juta, atau 80,65% dari target US$ 310 juta. (Sumber:www.medanbisnisdaily.com)

Komentar

Postingan Populer