Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements-REE) Di Indonesia (Edisi 2)


www.molycorp.com
Bisnis Energi (16/9/2015), Kegunaan : Logam tanah jarang sudah banyak digunakan di berbagai macam produk. Penggunaan logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material baru. Material baru dengan menggunakan unsur atau logam tanah jarang memberikan perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material. Perkembangan material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk meningkatkan kualitas produk, contohnya magnet. Logam tanah jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu magnet yang memiliki medan magnet jauh lebih kuat dari pada magnet biasa, yang memungkinkan munculnya perkembangan teknologi berupa penurunan berat dan volume speaker yang ada, dan yang memungkinkan munculnya motor yang lebih kuat yang mampu menggerakkan mobil. Dengan adanya logam tanah jarang, memungkinkan munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh. Oleh karenanya mobil hybrid mulai marak dikembangkan. 

Penggunaan logam tanah jarang sangat bervariasi, yaitu pada energi nuklir, kimia, katalisator, elektronik, dan optik. Pemanfaatan logam tanah jarang untuk yang sederhana seperti untuk lampu, pelapis gelas, untuk teknologi tinggi seperti fospor, laser, magnet, baterai serta teknologi masa depan seperti superkonduktor dan pengangkut hidrogen. Zirkonium dapat menggantikan paduan magnesium-torium pada pesawat ruang angkasa. 

Dalam industri metalurgi, penambahan logam tanah jarang juga digunakan untuk pembuatan baja High Strength Low Alloy (HSLA), baja karbon tinggi, superalloy, dan stainless steel. Hal ini karena logam tanah jarang memiliki sifat dapat meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan, dan peningkatan ketahanan terhadap panas. Sebagai contoh pada penambahan logam tanah jarang dalam bentuk aditif atau alloy pada paduan magnesium dan alumunium, maka kekuatan dan kekerasan paduan tersebut akan meningkat. 

Tanah jarang dapat juga dimanfaatkan untuk katalis sebagai pengaktif, campuran klorida seperti halnya lantanium, sedangkan neodimium dan praseodimium digunakan untuk katalisator pemurnian minyak dengan konsentrasi antara 1-5%. Campuran klorida logam tanah jarang ini ditambahkan dalam katalis zeolit untuk menaikkan efisiensi perubahan minyak mentah (crude oil) menjadi bahan-bahan hasil dari pengolahan minyak. Diperkirakan pemakaian logam tanah jarang untuk katalis pada industri perminyakan akan lebih meningkat lagi di masa mendatang. 
Pemanfaatan logam tanah jarang yang lain berupa korek gas otomatis, lampu keamanan di pertambangan, perhiasan, cat, dan lem. Untuk instalasi nuklir, logam tanah jarang digunakan pada detektor nuklir dan rod kontrol nuklir. Yttrium dapat digunakan sebagai bahan keramik berwarna, sensor oksigen, serta lapisan pelindung karat dan panas.
Proses Pembentukan Logam Tanah Jarang (Rare Earth Element-REE)
 
Logam tanah jarang tersebar luas pada banyak formasi batuan dengan kadar rendah. Kandungan logam tanah jarang yang tinggi, lebih banyak dijumpai pada batuan granitik dibandingkan dengan pada batuan basa. Konsentrasi tinggi logam tanah jarang dijumpai pada granit alkalin dan karbonatit. Pembentukan endapan logam tanah jarang yang ekonomis terjadi pada lingkungan plutonik, yaitu pada kedalaman lebih dari 5 km di bawah permukaan tanah. Endapan mineral pada lingkungan pluton granit sering disebut dengan pemineralan tipe granofil. 

Sebaran potensi logam tanah jarang terdapat pada jalur metalogen granit tipe S, tipe alkalin, atau seri ilmenit. Granit ini mempunyai kandungan relatif tinggi unsur logam F, Rb, Li, Sn, Be, W, dan Mo dibandingkan dengan granit pada umumnya. Selain itu, kandungan unsur B, Nb, Ta, U, Th, dan logam tanah jarang juga tinggi. 

Logam tanah jarang terbentuk pada zona alterasi greisen, pada kedalaman lebih dari 5 km. Alterasi atau ubahan greisen terbentuk pada zona sekitar kontak bagian atas antara terobosan granit dengan batuan sekitarnya, yaitu merupakan zona terubahnya batuan atau mineral baik komposisi kimia maupun mineralnya yang menghasilkan juga deposit mineral ekonomis. Deposit mineral ekonomis atau bijih mempunyai sebaran dan bentuk tubuh bijih tidak beraturan. 

Sebaran ubahan greisen berada pada zona tepi tubuh granit maupun batuan dinding atau batuan sekitarnya yang diterobos granit. Zona greisen pada tubuh batuan granitik berkembang pada rentang ketebalan sampai 100 meter. Pegmatit terbentuk pada bagian atas tubuh granit, menempati di batas tubuh granit. Alterasi greisen juga menghasilkan urat-urat kuarsa tunggal dan sebagian saling berpotongan berbentuk jaring (stockworks). 

Pada zona greisen umumnya sangat kaya akan unsur lithium, fluor, rubidium, boron, dan berilium, serta dicirikan dengan terdapatnya kelompok mineral mika putih (kaya kandungan litium), kuarsa, topaz, tourmalin, dan fluorit. Zona alterasi greisen ini mengandung bahan atau mineral ekonomis yang disebut dengan deposit tipe granofil. Deposit granofil mengandung tiga kelompok unsur yang terdiri dari, kelompok Sn, W, U, Mo berasosiasi dengan Nb, Ta, Bi, Ag; kelompok Be, B, Li, P berasosiasi dengan Rb, Cs, unsur tanah jarang; dan kelompok CO, Cl, F, berasosiasi dengan kompleks hidroksida dan sulfida. Deposit ekonomis salah satunya mengandung logam tanah jarang tersebut, yang merupakan hasil langsung dari pengaruh aktifitas magmatik, dikenal dengan endapan tipe primer. 

Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya merupakan mineral ikutan (accessory minerals), bukan sebagai mineral utama pembentuk batuan. Pada zonasi pegmatit, logam tanah jarang terdapat pada zona inti, yang terdiri dari kuarsa dan mineral tanah jarang.Pembentukan mineral tanah jarang primer dalam batuan karbonatit menghasilkan mineral bastnaesit dan monasit. Karbonatit sangat kaya kandungan logam tanah jarang dan merupakan batuan yang mengandung logam tanah jarang paling banyak dibanding batuan beku lainnya. 

Berdasarkan mulajadi, endapan logam tanah jarang dibagi dalam dua tipe, yaitu tipe primer sebagai hasil proses magmatik dan hidrotermal dan tipe sekunder sebagai hasil rombakan endapan tipe primer. Tipe sekunder terdiri dari dua jenis, yaitu endapan aluvial sebagai hasil proses erosi dan sedimentasi dari endapan primer; dan berupa tanah laterit hasil pelapukan endapan primer ataupun pelapukan endapan aluvial. 

Endapan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi terbesar dunia dari China yang merupakan produk sampingan dari tambang bijih besi. Endapan yang lebih umum dikenal dan diusahakan adalah tipe sekunder sebagian besar berupa mineral monasit, hasil rombakan dari endapan primer yang tererosi dan diendapkan kembali sebagai endapan sungai, danau, delta, pantai, dan lepas pantai.Iklim tropis yang panas dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit.

Pelapukan ini menyebabkan terubahnya mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah menjadi mineral lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit, montmorillonit, dan illit, merupakan tempat kedudukan logam tanah jarang tipe adsorpsi ion. Endapan logam tanah jarang tipe adsorpsi ion lateritik hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di wilayah beriklim tropis bagian selatan China merupakan penyumbang cadangan tanah jarang terbesar kedua di China. 

Endapan laterit unsur tanah jarang, merupakan hasil pelapukan kimia batuan granitik. Pelapukan pada batuan granitik menyebabkan unsur-unsur yang bersifat mobile hanyut tersebar, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas rendah sampai immobile seperti yang tergolong dalam logam tanah jarang cenderung tertinggal menetap sehingga terkumpul semakin banyak membentuk kadar tinggi dalam tanah. Endapan laterit logam tanah jarang secara ekonomi cukup prospektif karena proses penambangannya mudah.

Potensi Logam Tanah Jarang (Rare Earth Element-REE) Di Indonesia
 
Secara geologi, logam tanah jarang dapat dijumpai bersamaan dengan terbentuknya endapan timah. Penambangan dan pengolahan timah umumnya menghasilkan produk sampingan berupa mineral yang mengandung unsur tanah jarang. Mineralisasi timah di Asia Tenggara berada pada sabuk granit yang memanjang ke selatan dari China, menerus ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, sampai ke jalur timah Indonesia yang terletak memanjang dari Kepulauan Riau, menerus ke arah selatan sampai di Bangka Belitung. Selain itu, sumberdaya timah di Indonesia dijumpai juga di Riau daratan dan di Kalimantan. 

Indonesia merupakan negara pengekspor timah terbesar dunia karena mempunyai potensi yang tinggi akan sumberdaya unsur tanah jarang.Unsur atau logam tanah jarang tidak ditemukan di alam sebagai unsur tunggal melainkan dalam bentuk senyawa kompleks karbonat ataupun fosfat. Sesuai namanya, unsur-unsur ini ditemukan dalam jumlah atau kadar yang sangat kecil. Misalnya skandium, unsur yang tersebar luas sebagaimana arsen dan dua kali kelimpahan boron, akan tetapi sangat langka dijumpai dalam konsentrasi tinggi berupa deposit bijih. Selain itu, proses pengolahan atau pemisahan logam tanah jarang tidak mudah. 

Indonesia diperkirakan memiliki potensi logam tanah jarang dalam jumlah cukup besar, baik sebagai produk itu sendiri maupun sebagai mineral ikutan dari berbagai tambang mineral di Indonesia dimana potensi dapat ditemukan di Babel, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. logam tanah jarang di Babel merupakan logam yang ada di mineral ikutan pertambangan timah atau tailing. Mineral-mineral itu menjadi produk sampingan (slag) pengolahan bijih timah oleh tambang-tambang timah di kepulauan tersebut. 

Cadangan logam tanah jarang di Babel muncul dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap PT Timah dan PT Koba Tin, dua perusahaan tambang yang beroperasi di Babel. Menurut data 2006, PT Timah memiliki 408.877 ton monazite (mengandung 50-78% oksida tanah jarang), 57.488 ton xenotime (mengandung 54-65 persen REO), dan 309.882 zircon (mengandung ittrium dan cerium). Sementara PT Koba Tin hingga September 2007 memiliki stok monazite sebesar 174.533 ton. Sayangnya, mineral tailing dari sisa tambang timah tersebut hanya disimpan di gudang dan tidak diolah. Pemerintah belum menetapkan logam tanah jarang sebagai sasaran eksplorasi sehingga stok mineral mengandung logam tanah jarang itu dibiarkan teronggok begitu saja. 

Di Indonesia, pengelolaan logam tanah jarang memang masih sedikit. Industri pengolahan logam tanah jarang di Indonesia terhambat banyak kendala. Salah satunya adalah sumber logam tanah jarang berada bersama logam utama hasil tambang, sedangkan sumber sekunder terbawa sisa proses (tailing, filtrat) sehingga lebih sulit diekstraksi. Penguasaan teknologi logam tanah jarang di Indonesia belum mencapai skala komersial. Sampai saat ini penelitian tentang logam tanah jarang belum optimal. Di Indonesia belum ada penelitian khusus yang menggali potensi dan pemanfaaatan logam tanah jarang. Penelitian masih dilakukan secara parsial. Setiap instansi jalan sendiri-sendiri. 

Padahal dalam penelitian logam tanah jarang ini diperlukan sinergi. Pemerintah nampaknya belum melihat potensi logam tanah jarang ini. Kegiatan eksplorasi lanjutan untuk mengetahui berapa sesungguhnya cadangan logam tersebut yang Indonesia miliki belum pernah dilakukan. Survei keekonomian penambangan logam tanah jarang ini juga belum pernah dilakukan. Apalagi membahas teknologi pemurnian logam tanah jarang itu pada skala industri. Untuk mengembangkan logam tanah jarang diperlukan kemitraan dan sinergi antara peneliti, pemegang kebijakan maupun para pemangku kepentingan lainnya. Untuk itu perlu disiapkan semacam road map penelitian dan pengolahan logam tanah jarang sehingga mampu mendorong pengembangan hilirisasi industri nasional yang memiliki nilai tambah tinggi. (Zahir & Hens)
(Sumber: wikipedia.com, www.psdg.bgl.esdm.go.id
 

Komentar

Postingan Populer