Potensi Nikel di Indonesia
Sayatan Petrografi Dunite |
Bisnis Energi (28/9/2015), Nikel adalah
unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom
28. Nikel mempunyai sifat tahan karat, ringan, magnetis, mudah ditempa, dan
merupakan konduktor yang baik terhadap panas dan listrik. Nikel tergolong dalam
grup logam besi-kobalt yang dapat menghasilkan alloy yang sangat berharga. Nikel memiliki spesifik gravity 8,902
dengan titik lebur 14530C dan titik didih 27320C,
resisten terhadap oksidasi, larut dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan
amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam belerang, berat jenis 8,8
untuk logam padat, dan berat jenis 9,04 untuk kristal tunggal. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat tidak terlalu keras akan tetapi jika nikel dipadukan
dengan besi, krom, dan logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang
keras. Perpaduan nikel, krom, dan besi dapat menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada pembuatan alat-alat laboratorium fisika dan kimia, peralatan
dapur, ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri. Di Indonesia,
nikel termasuk bahan galian golongan A dimana termasuk ke dalam bahan galian
strategis berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980.
Deposit nikel dibagi menjadi dua, yaitu sulfida (primer) dan oksida (laterit). Sumberdaya
nikel dunia terdiri dari 30% nikel primer dan 70% nikel laterit. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan potensi nikel laterit di dunia. Endapan
nikel laterit di Indonesia mengikuti sebaran batuan beku ultrabasa yang
terdapat di lengan timur Pulau Sulawesi, Maluku Utara (Pulau Obi, Pulau Gebe,
Pulau Halmahera, Pulau Gee, dan Pulau Pakal), dan Papua (Pulau Gag, Pegunungan
Cyclops, Pegunungan Tengah Papua, dan Pulau Waigeo). Oleh karena daerah
tersebut didominasi oleh batuan beku ultrabasa, maka daerah tersebut termasuk
daerah strategis untuk prospek cebakan sumberdaya mineral dengan batuan beku
ultrabasa dapat menjadi sumber pelapukan laterit. Batuan beku ultrabasa (grup
peridotit) merupakan batuan sebagai sumber pembawa nikel dimana batuan ini
dapat mengalami perubahan dan pelapukan yang intensif diikuti proses laterisasi
sehingga menghasilkan mineral-mineral pembawa unsur nikel.
Proses
pembentukan endapan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan beku
ultrabasa (grup peridotit). Pada batuan ini didominasi oleh mineral yang tidak
stabil dan mudah mengalami proses pelapukan seperti olivin dimana mineral ini
kaya akan elemen nikel (Ni). Pada proses selanjutnya, mineral tersebut akan
terurai akibat proses leaching
(perlindian) yang dipengaruhi oleh airtanah yang kaya akan CO2
sebagai media transportasi. Kemudian unsur-unsur pada batuan beku ultrabasa
yang terurai seperti Ni, Fe, Mg, dan Si akan membentuk suatu larutan dan
bergerak mengisi rekahan-rekahan pada batuan beku ultrabasa. Di dalam larutan
tersebut, Fe akan bersenyawa dengan O dan mengendap sebagai ferri hidroksida.
Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air dan membentuk mineral-mineral
seperti goethit (FeO(OH)) dan hematit (Fe2O3).
Di dalam
larutan, unsur Fe bersifat kurang mobile
selama proses laterisasi sehingga endapan ini terakumulasi dekat dengan
permukaan tanah dan pada zona limonit. Adapun tingkat mobilitas Fe relatif
kecil (0,01-0,03) yang terakumulasi pada zona limonit sebagai pengayaan residu.
Unsur Ni, Mg, dan Si akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun
mengisi rekahan (kekar) selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus
berlangsung. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya mobilitas unsur Ni, Si, dan Mg dibandingkan
dengan Fe yang mengalami pengayaan pada zona limonit. Adapun Si memiliki
derajat mobilitas 0,5-1,0; Mg memiliki derajat mobilitas 1,0; dan Ni memiliki
derajat mobilitas 0,03-0,12. Proses selanjutnya Si dan Ni akan terakumulasi yang
mengalami proses pengayaan (supergen
enrichment) membentuk mineral silikat yang kaya akan Ni seperti garnierite dan crysophrase di zona saprolit. Proses ini terus berlangsung hingga
larutan tidak dapat turun lagi mengisi rekahan (kekar) dan menembus batuan
dasar (bedrock). Adapun urutan profil
endapan nikel laterit dari bagian paling bawah ke bagian paling atas adalah
batuan dasar (bedrock), zona
saprolit, zona limonit, dan top soil
(verricrite). Berikut adalah
penjelasan profil endapan laterit nikel :
- Top Soil (Verricrite)
Zona Saprolit |
- Zona Saprolit
- Batuan Dasar (Bedrock)
Berikut
faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya endapan nikel laterit :
- Batuan Asal
- Iklim dan Airtanah
- Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi
- Struktur Geologi
- Topografi
Pemetaan Geologi |
Untuk mengetahui lebih detail mengenai potensi nikel
pada suatu wilayah, dapat dilakukan survei berupa survei topografi, pemetaangeologi, survei geofisika IP, drilling(pemboran), dan survei geokimia. Survei topografi bertujuan
untuk mengetahui keadaan permukaan atau lahan daerah yang dipetakan, informasi
yang disajikan meliputi keadaan fisik/detail baik yang bersifat alamiah atau
buatan manusia serta keadaan relief (tinggi-rendah) permukaan lahan atau area
yang dipetakan. Survei pemetaan geologi bertujuan untuk mengetahui batas
sebaran endapan nikel laterit yang bertujuan untuk mengcover area prospek. Survei geofisika IP (Induced Polarization) bertujuan untuk mengetahui potensi nikel
sampai dengan kedalaman tertentu. Pada
prinsipnya, metode IP merupakan suatu metode yang mendeteksi terjadinya
polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam di bawah permukaan
bumi.
Metode ini dapat mendeteksi adanya anomali resistivitas meski dalam
jumlah yang sangat kecil yang tidak terdeteksi oleh metode lain. Pada umumnya
konfigurasi yang tepat untuk pengukuran ini adalah dipole-dipole karena dapat
memberikan hasil variasi tahanan jenis dan chargeability
ke arah vertikal dan horizintal. Metode penyelidikan
selanjutnya adalah drilling atau pemboran eksplorasi. Tujuan dari
pemboran eksplorasi adalah untuk menemukan cadangan baru secara faktual yang
terdapat di dalam suatu endapan nikel laterit dimana dapat diketahui zona
batuan dasar (bedrock), zona
saprolit, zona limonit, dan top soil
(verricrite).
Adapun tiap zona yang
diketahui berdasarkan hasil bor dapat dikorelasi sehingga dapat diketahui area
prospek endapan nikel laterit. Survei geokimia bertujuan untuk mengetahui
komposisi kimia berdasarkan sampel core sehingga hasil tersebut dapat
dibuat zonasi daerah prospek nikel yang dibedakan berdasarkan grade atau
kadarnya. Adapun survei geokimia yang dilakukan menggunakan assay sehingga dapat diketahui besaran
atau persentase komposisi mineral nikel (Ni) dan unsur-unsur lainnya seperti
Fe, Mg, dan Si yang masing-masingnya terdapat pada zona batuan dasar (bedrock), zona saprolit, zona limonit,
dan top soil (verricrite) dalam endapan nikel laterit. Volume
cadangan nikel dapat dihitung berdasarkan perhitungan cadangan tertambang (mineable reserve) dengan menggunakan mining software. (Zahir & Hens)
Korelasi Endapan Nikel Laterit Berdasarkan Data Titik Bor |
Komentar