Mengubah Paradigma Indonesia Kaya Sumber Minyak

Jakarta - Bisnis Energi (10/11/2014), Mengutip berita energi pagi ini tentang "Ubah Paradigma Minyak Melimpah" dari Harian Media Indonesia, Senin (10/11/2014) sangat menarik untuk dikemukakan di posting sebagai pembuka minggu ini. Sejak kanak-kanak kita sudah dijejali ungkapan Indonesia memiliki sumber daya minyak yang melimpah ruah. Bahkan, kita diyakinkan bahwa negeri ini tak akan kekurangan minyak sedikitpun.

Pola seperti ini sudah sepantasnya diubah. Apa pasal ? Penemuan cadangan minyak baru di tanah air ternyata lebih kecil ketimbang tingkat produksinya. Maka dari itu, dengan jumlah cadangan minyak terbatas, Indonesia memerlukan kebijakan strategis untuk menjaga ketahanan energi di masa datang.
Terdapat dua pendekatan untuk membuktikan kemakmuran sumber daya minyak kita.
Pertama, dengan membandingkan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia dengan negara lain. Kedua, dengan membandingkan cadangan yang dimiliki dan diproduksi dengan tingkat konsumsi. Melalui pendekatan kedua ini akan diketahui tingkat kesinambungan produksi (sustibability) energi minyak bumi di Indonesia.  
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengungkapkan inti dari industri hulu migas adalah industri pencarian dan pengangkatan cadangan migas.
"Cadangan yang sudah diambil harus diganti dengan penemuan cadangan baru. Produksi akan turun jika tidak dilakukan ekplorasi atau eksplorasi yang dilakukan tidak berhasil nenemukan cadangan baru,"kata Gde kepada Media Indonesia di Jakarta, Jum'at (7/11/2014).
Berdasarkan data SKK Migas, cadangan minyak terbukti Indonesia per akhir tahun 2013 berada pada angka 3,46 miliar barel. Sementara menurut statistik energi dunia yang dipublikasikan oleh perusahaan minyak dunia BP, yakni BP Statistical Review, cadangan minyak terbukti Indonesia setara dengan 0,2 persen total cadangan minyak dunia.
Jumlah cadangan minyak kita kalah jauh dengan Venezuela yang memiliki cadangan 298,3 miliar barel dan Arab Saudi dengan cadangan 265,9 miliar barel.
Meskipun ada negara lain yang posisinya di bawah Indonesia, bukan berarti negara itu lebih "miskin" cadangan minyak, karena sesuai dengan pendekatan kedua, bisa jadi ia memiliki tingkat kesinambungan produksi yang lebih tinggi karena konsumsi minyaknya tidak sebesar Indonesia.
Saat itu produksi minyak Indonesia sekitar 800.000 barel per hari. Sementara dua negara pemilik cadangan minyak terbesar, yakni Venezuela memproduksi 2,73 juta barel ber hari, dan Arab Saudi memproduksi sekitar 11,53 juta barel per hari.
Menilik perbandingan tingkat produksi dengan cadangan terbukti, terlihat bahwa laju pengurasan di Indonesia lebih kencang ketimbang negara-negara pemilik cadangan terbesar.
Dengan menggunakan asumsi tingkat produksi berada pada kisaran saat ini dan tidak ada penemuan cadangan minyak baru, Indonesia diperkirakan akan kehabisan cadangan minyak sekitar 11 tahun kedepan. Artinya di tahun 2025 Indonesia menjadi negara "miskin" minyak.
Sejatinya cadangan minyak ini bisa ditingkatkan dengan pencarian sumber baru atau melakukan kegiatan eksplorasi. Namun aktivitas ini memerlukan investasi yang tidak sedikit sehingga perlu dukungan iklim investasi yang kondusif, seperti kelancaran perizinan dan kepastian hukum bagi kegiatan usaha hulu migas.
Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz menuturkan diperlukan tiga kali lipat dari level aktivitas eksplorasi saat ini jika aktivitas migas konvensional diharapkan dapat menutup 50 persen dari kesenjangan permintaan dan persediaan di tahun 2025.
"Kebijakan Energi Nasional menjadi hal penting bagi Indonesia untuk dapat menutupi kesenjangan persediaan dan permintaan yang makin melebar," katanya saat membuka acara IPA Convention and Exhibition ke-38 di Jakarta.
Ia menambahkan struktur geologi Indonesia yang kompleks membuat jumlah penemuan migas juga semakin berkurang dan jumlahnya kecil.
Cadangan yang adapun tersebar lokasinya, dengan 75 persen berada di lepas pantai Indonesia Timur dan 85 persennya di dominasi oleh gas.
"Karena itu, pengembangan potensi cadangan yang ada membutuhkan teknologi tinggi, investasi dalam jumlah besar, serta sumber daya manusia yang kompeten,"ungkapnya.
Meski memperlihatkan tren positif, keseriusan untuk membangun infrastruktur yang menjadi syarat pemanfaatan gas bumi. Hal lainnya yang mesti menjadi perhatian adalah mengembangkan sumber energi terbarukan yang sebenarnya sangat melimpah di Indonesia.
Semua upaya ini demi membangun ketahanan energi nasional, untuk hari ini dan masa datang.
(Sumber: Harian Media Indonesia, edisi, Senin (10/11/2014)

Komentar

Postingan Populer