Pengusaha Batubara Melirik Proyek Pembangunan PLTU Mulut Tamnbang 35 Ribu Megawatt

bisnisuntung7.blogspot.com
Jakarta - Bisnis Energi (6/4/2015), Sudah hampir 1 (satu) bulan Bisnis Energi absen menyajikan berita energi baik dalam maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan kesibukan penulis dalam pekerjaan yang lain. Memang cukup memakan waktu, tenaga dan pikiran untuk bisa stabil dan tetap "on" didalam menyajikan berita-berita energi terhangat setiap hari. Pekerjaan lain juga memakan waktu, biaya dan tenaga juga untuk fokus dalan "goal" mencapai sukses kedepan.
Hari ini penulis menyajikan berita tentang pengusaha batubara di Indonesia yang mulai melirik bisnis di pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) setelah pemerintah Jokowi-JK mencanangkan percepatan pembangunan untuk kapasitas 35.000 megawatt (MW).
Akibat belum membaiknya harga batubara dunia, bisnis proyek PLTU mulut tambang menjadi incaran para pengusaha batubara di Indonesia.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan bahwa mengawinkan bisnis batubara dengan PLTU mulut tambang merupakan salah satu yang menarik. Dari 35 ribu MW, para swasta ingin kontribusi di sektor kelistrikan. Para pengusaha akan mendukung proyek 10 ribu MW tersebut. Pasalnya selama ini sebagian besar batubara diproduksi diekspor karena rendahnya penyerapan pasar dalam negeri.
Dengan adanya proyek ini, Indonesia bisa memanfaatkan batubara dari perut bumi untuk melistriki rakyat dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jika dari 35 ribu MW itu setengahnya pembangkit batubara, sehingga dibutuhkan 250 juta ton. Indonesia sekarang ini saja produksi 400 juta ton,"kata Pandu, seperti dikutip dari liputan6.com, Senin (6/4/2015).
Sementara itu, untuk ikut serta didalam proyek PLTU tersebut, para pengusaha mengharapkan pemerintah memberikan insentif sehingga bisnis PLTU mulut tambang menjadi lebih menarik.
"Kami akan hitung lagi, berapa return-nya ? Kalau hanya 10 - 12 persen itu tidak menarik, yang menarik itu 15 persen ke atas. Bagaimana policy-nya itu yang akan kami tunggu dari pemerintah,"ujarnya.
Disamping itu Pandu yang juga menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Toba Bara Sejahtera Tbk (Toba Bara) menyebutkan bahwa dalam dua tahun terakhir harga batubara telah mengalami penurunan dari level USD 100 per ton hingga dibawah USD 60 per ton. Salah satu penyebabnya adalah pelimpahnya produksi batubaara dunia di pasar internasional.
"Salah satu sumber terbesar adalah sisi over suplai dan itu mungkin dari Indonesia sendiri,"kata Pandu.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan produksi batubara Indonesia mencapai kenaikan 10 - 15 persen dan dalam kurun waktu dua tahun ini produksi batubara Indonesia mengalami kenaikan dari 350 juta ton menjadi 420 juta ton.
Sedangkan dari sisi permintaan dari negara-negara Asia seperti Jepang dan India sudah cukup baik kecuali China yang mengalami pelemahan, demikian lanjut Pandu.
"Jadi kalau dilihat, ke depan ini sumber pelemahan harga batubara adalah dari sisi suplai,"ujarnya.
Rendahnya harga kian memukul industri batubara di Tanah Air. APBI mencatat sekitar 40 persen tambang di Indonesia telah menghentikan kegiatan produksinya.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) pun telah terjadi disebagian besar perusahaan tambang batubara tersebut. Tambang-tambang banyak ditinggalkan para pekerjanya yang tersisa hanya 1 - 2 orang untuk menjaga perusahaan. Pandu menyebutkan, penghentian operasi paling banyak terjadi di Suamtera yaitu mencapai 50 persen dari total tambang batubara di wilayah itu.
"Kalau di Kalimantan 20-30 persen sudah stop produksi,"kata Pandu.
(Sumber: bisnis.limputan6.com)

Komentar

Postingan Populer