Berburu Bisnis Energi Pembangkit Listrik dan Pertambangan Non Batubara

Jakarta - Bisnis Energi (16/10/2014), Pengaruh anjloknya harga batubara dunia tiga tahun terakhir ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tambang batubara mengerutkan dahinya memikirkan agar tetap bertahan didalam mengembangkan investasinya ke jalur bisnis energi. Pengembangan perusahaan diarahkan dengan berburu ke bisnis energi pembangkit listrik dan pertambangan non batubara. Bisnis pembangkit listrik dan pertambangan non batubara menjadi opsi bagi perusahaan tambang batubara.
PT Bukit Asam Tbk (Persero) yang mulai serius menggarap bisnis non batubara dengan menargetkan menjadi perusahaan energi yang menjual listrik dengan target 1.500 MW pada tahun 2018. Untuk itu perseroan mempersiapkan dengan mematok proyek pembangunan power plant hingga 3.500 MW.

"Diharapkan tahun 2018, minimal menjual 1.500 MW," kata Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asama Tbk (Persero), belum lama ini, dikutip dari Harian Indopos, Rabu (15/10/2014).
Kontribusi penjualan listrik terhadap laba bersih perseroan diperkirakan cukup signifikan. Hasil dari penjualan batubara memberi sumbangan sekitar 15-25 persen terhadap laba bersih.
Saat ini PT BA telah mempunyai sejumlah proyek pembangkit, diantaranya proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Banjarsari sekitar 60 persen, Bangko Tengah 2x620 MW sekitar 45 persen dan Pranap ditargetkan mempunyai 40 persen.
Dari laporan keuangan Juni 2014, PT BA telah menuntaskan pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 2x8 MW di Tarahan. PLTU Bangko Tengah ditargetkan beroperasi tahun 2017 mendatang. PT BA didalam pembangunan sistem jaringan pembangkit menggandeng perusahaan asal China, China Hua Dian (CHD) dengan porsi kepemilikan saham masing-masing 45 persen dan 55 persen. Proyek pembangunan sistem jaringan pembangkit ini menelan biaya sekitar USD 1,6 milliar atau sekitar Rp 19,2 trilliun.
Untuk pembangkit listrik mulut tambang yang lain berkapasitas 800-1.200 MW melibatkan PLN dan TNB Malaysia, joint  development agreement (JDA) telah diteken. Kini tengah melakukan review terhadap hasil studi kelayakan meliputi pembangunan PLTU dan sambungan transmisi dari Peranap ke Semanjung, Malaysia. PLTU skala raksasa itu akan memanfaatkan batubara dari tambang perseroan terletak Peranap, Riau dengan kebutuhan batubara 8,4 juta ton per tahun.
Di sisi lain, PT United Tractors Tbk (UNTR) memburu bisnis tambang mineral. Hal ini dilakukan penjajakan terhadap salah satu produsen nikel lokal untuk diakuisisi. Anak usaha Astra International (ASII) itu membuka kemungkinan untuk merambah bisnis baru diluar distribusi alat berat dan pertambangan batubara.
Disamping penambangan mineral UNTR juga sedang mempertimbangkan untuk memburu bisnis pembangkit listrik mulut tambang (mine mouth power plant).
"Dua bisnis itu, berprospek bagus. Tetapi, harus melalui kanjian mendalam," ujar Djoko Pranoto, Presiden Direktur United Tractors.
UNTR didalam menggarap bisnis pembangkit listrik sangat percaya diri dengan ditunjang kemampuan memadai. Namun manajemen tidaka mau menjabarkan kapan akan mulai merealisasikan rencana tersebut," kata Djoko.
Perusahaan UNTR saat ini fokus mengembangkan bisnis pertambangan batubara. Manajemen mempunyai empat konsesi batubara yang telah berproduksi, yaitu PT Prima Multi Mineral (PMM), PT Asmin Bara Baronang (ABB), PT Turangga Agung (TTA), dan PT Duta Nurcahya (DN). Sampai dengan Juli 2014, empat tambang itu telah menjual batubara sebanyak 3,72 juta ton, alias naik 51 persen year-on-year (yoy) dibanding 2,46 juta ton.

Semoga bermanfaat Bravo !!!


Komentar

Postingan Populer