Pembangunan Reaktor Nuklir di Indonesia Nyata atau Masih Wacana ?

pembangkit listrik tenaga nuklir
Jakarta - Bisnis Energi (3/10/2014), Pembangunan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia, nyata atau wacana ? Ini pertanyaan saya atas topik berita hari ini tentang pemanfaatan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia. Kepala Badan Tenaga Nuklir (BATAN), Djarot S Wisnubroto mengatakan bahwa sejumlah negara telah dan terus mengembangkan pembangkit tenaga nuklir untuk listrik. Sementara Indonesia, masih belum memanfaatkan nuklir sebagai energi listrik.
Sekalipun sempat terjadi insiden kebocoran nuklir di Fukusima, Jepang, pada 2011, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di dunia terus berjalan. "Nyatanya setelah ada kecelakaan di Fukushima sejumlah negara tidak mengendurkan pembangunan tapi terus meneruskan pembangkit yang ada," tutur Djarot, seperti dikutip dari Bisnis.Com Kamis (02/10).
Di samping itu Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan bahwa Indonesia akan mengembangkan teknologi nuklir sebagai sumber energi listrik sebagai alternatif terakhir. "Sebetulnya kita tidak anti nuklir, dalam KEN yang sudah disetujui DPR baru ini memang ada klausul khusus untuk nuklir, nuklir dikembangkan sebagai pilihan terakhir,"kata Susilo di Jakarta, Rabu, (1/10/2014).
Meskipun jadi pilihan terakhir, pemerintah tetap menargetkan nuklir tetap berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional. "Target kelistrikan mencapai 125 ribu mega watt (MW) di 2025, sehingga setiap tahunnya dibutuhkan energi listrik sebesar 10 ribu mega watt. Setidaknya ada unsur energi nuklir sebesar 5 ribu mega watt, seperti dikutip didalam  www.neraca.co.id. 
Susilo mengungkapkan bahwa saat ini negara tetangga sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk memenuhi kebutuhan listriknya. "Malaysia, Vietnam sedang membangun dua nuklir power plant, Thailand, Kamboja saja sudah mau. Pada 20130, 240-250 ribu MW dari mana ? Karena apa ? Listrik merupakan kebutuhan pokok nggak punya pilihan kalau maju kita harus sediakan listrik," ujarnya.
Bila mau ngintip biaya pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir ini, Djarot Sulistio Wisnuboroto sebagai kepala BATAN mengatakan biayanya sebesar Rp 1,6 trilliun. Untuk itulah saat ini BATAN telah menyiapkan berbagai studi kelayakan, termasuk menyambut positif kunjungan pihak IAEA (International Atomic Energy). "Kita mengumpulkan informasi. Dokumen untuk bisa mengimplementasi fasilitas program (Batan). Kita bisa kontribusi pada program BATAN. Kita bisa undang ahli dari luar, tidak hanya (dukungan) teknis tetapi juga aspek non teknis," ujar Alexander Bychkov, Deputy Director General (DDG) Nuclear Energy IAEA.
Bagaimana dengan masyarakat Indonesia, sudah siap menerima Pembangkit Listrik Energi Nuklir ini ? Pilihannya takut dampaknya ? atau kita butuh listriknya ?.
Semoga bermanfaat. Bravo!!!

Komentar

Postingan Populer