Indonesia Mengalami Krisis Listrik

bisnisuntung7.blogspot.com
Jakarta - Bisnis Energi (27/11/2014), Mengutip berita harian Media Indonesia hari ini, Kamis (27/11/2014) tentang judul "Indonesia masih Terbelit Krisis Listrik", sudah menjadi keluhan masyarakat di seluruh kepulauan di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan wilayah paling ujung Timur Indonesia seperti Papua, Maluku dan Nusatengara.
Hal ini juga diakui oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dalam rapat kerja dengan DPD di kompleks parlemen di Jakarta.
"Untuk Pulau Jawa, sisa cadangan listrik sekarang tinggal 26 persen. Dengan sisa itu saja, masih sering kita dengar mati listrik di Bekasi, Jakarta dan Bogor," katanya.
Sudirman mengatakan untuk di Sumatera cadangan listriknya bahkan tidak mencapai 10 persen. Kemudian masih ada sejumlah daerah yang kapasitas listriknya di tingkat minus.
"Di Indonesia Timur makin repot lagi,"ujarnya.
Dari data yang dikeluarkan Kementrian ESDM, pada saat musim kemarau 2014 lalu, cadangan listrik tertinggi ada di Pulau Jawa sebesar 23.900 Mega Watt (MW) sebesar 31 persen, sedangkan yang terendah di NTT 141 MW sebesar 9,9 persen dan Papua 205 MW hanya 5,8 persen.
Kondisi pasokan listrik sedemikian rupa dan sangat mengkhawatirkan lantaran konsumsi listrik di Indonesia terutama di Kalimantan dan Sumatera tumbuh lebih pesat setiap tahunnya.
Untuk mengatasi hal itu Pemerintah merancang program pembangunan pembangkit litrik setara 35 ribu MW. Dalam rangka merealisasikannya, Sudirman mengatakan bahwa industri energi tidak bisa bermain secara lokal, karena sarat akan teknologi yang tinggi dan kebutuhan kapital. Mau tidak mau, harus ada interaksi dengan pemain global.
"Membangun pembangkit listrik memang sulit. Untuk membangun generatornya saja butuh waktu 2 tahun. Kalau ingin jangka pendek, kita bisa pakai diesel, tapi mahal sekali,"kata Sudirman.
Data kementrian ESDM menyebutkan untuk biaya pengadaan listrik, diesel menghabiskan lebih dari Rp2.000/Kwh, batubara Rp610/Kwh dan air Rp900/kwh, biomassa Rp969/Kwh dan harga panas bumi separuh dari diesel.
Sudirman memaparkan hambatan selama ini adalah sulitnya memperoleh izin pembangunan pembangkit, konstruksi pembangunan yang tidak memenuhi target dan besaran tarif tenaga listrik yang menarik minat investor.
(Sumber: Harian Media Indonesia, Kamis, (27/11/2014)   

Komentar

Postingan Populer