Laporan Regional - Batubara China: Menghadapi Realitas Baru

Bisnis Energi (4/10/2014), Amy Gibbs dan Daisy Jakson, JLT Speciality Ltd, UK, menjelaskan bahwa pengurangan permintaan batubara oleh China akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan tamabang dunia dan melakukan penyelidikan dampak dari perlambatan permintaan impor batubara China.

Proposal baru yang diajukan pemerintah China adalah untuk mengurangi impor batubara kalori rendah dan komitmen politik dalam mengatasi pencemaran lingkungan adalah merupakan indikasi dari perubahan yang lebih luas dari arah kebijakan pemerintah China terhadap konsumsi batubara di dalam negeri.


Perubahan Arah Kebijakan Pemerintah China
Meskipun China memiliki cadangan batubara yang berlimpah, pada tahun 2007, permintaan akan batubarubara untuk konsumsi dalam negeri cukup besar melampui produksi dalam negeri, sehingga memaksa negara itu untuk mengimpor batubara. Pada tahun 2013, jumlah impor batubara mencapai 330 juta ton - hampir seperempat dari permintaan batubara dunia. Namun setelah batubara digunakan untuk industri, permintaan impor batubara China mengalami penurunan.
Rencana Tahun ke-12 per lima tahunan, yang diterbitkan pada tahun 2010, menyoroti perlindungan lingkungan sebagai salah satu dari tiga pilar intinya. Hal ini bertujuan mengurangi polusi udara, meningkatkan efisiensi energi dan menjamin pasokan energi yang stabil, selalu tersedia (reliable) dan bersih (clean energy supply). Ada juga strategi yang dibuat untuk menghasilkan setidaknya 15 persen dari energi yang berasal dari energi terbarukan pada tahun 2015, meningkatkan pengembangan industri gas konvensional yang masih baru dan untuk menurunkan penggunaan batubara dari 69 persen menjadi di bawah 65 persen dari total penggunaan energi didalam negeri. Sementara itu, kesepakatan ditandatanganinya dengan Pemerintah AS pada bulan Juni 2014 untuk bekerja bersama mnurunkan kadar karbon.

Memperbesar Produksi Dalam Negeri
Produksi batubara domestik di China naik menjadi 3,7 miliar ton pada tahun 2013, terhitung hampir setengah dari total produksi batubara dunia. Sementara Beijing bertujuan menargetkan produksi batubara sebesar 860 juta ton di tahun 2018 - kemunduran untuk produksi batubara India.
Rencana membangun jalur rel kereta api baru akan mempercepat solusi permintaan dalam negeri dan akan menjaga penurunan ongkos angkut dari tambang batubara sehingga dapat mengangkut dari tambang ke pengguna ke beberapa kota besar pusat industri. Dengan perkembangan baru ini proporsi yang cukup besar dari pasar batubara termal saat ini disediakan oleh eksportir internasional akan sangat dikendalikan oleh pemasok dalam negeri. 
Meningkatkan pembangunan dari kemampuan dalam negeri, dengan mengembangkan konsep energi bersih (clean energy), sangat mempengaruhi pengurangan permintaan angka impor di China. Dalam jangka panjang penggunaan batubara akan menurun karena pemerintah memberikan komitmennnya untuk mengurangi polusi udara. Para penambang dan para trader batubara dunia, telah mengalami tekanan harga batubara yang murah, akan dipaksa lagi untuk menghadapi kenyataaan akan penurunan angka permintaan dari China. Tanpa pembeli baru, perusahaan pertambangan akan mulai merasakan himpitan, berpotensi menyebabkan pemotongan jumlah tenaga kerja, penutupan tambang dan penundaan investasi.

Menolak resiko pandangan politik   
Perlambatan permintaan impor batubara China menyebabkan pengaruh yang lebih luas atas penolakan dari investor tambang batubara dari beberapa negara pemasok yang pemegang kunci utama di China seperti Australia, Indonesia, Mongolia dan Afrika Selatan. Resiko politik ini dapat dalam berbagai macam bentuk seperti berdampak atas keseimbangan neraca (balance sheets) dan rencana investasi yang serupa.

Berita selengkapnya dapat dilihat di  dikutip dari berita online www.worldcoal.com, Jum'at (01/10/2014).



Komentar

Postingan Populer