Harga Batubara Diperkirakan Bersinar Awal Tahun Depan

bisnisuntung7.blogspot.com
Jakarta - Bisnis Energi (19/12/2014), Equity Technical Analyst AAA Securities Wijen Pontus mengatakan pergerakan harga batubara saat ini berada di wave V pada pergerakan grafik mingguan (wweekly chart). Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan harga batubara masih akan melemah ke level USD65 - USD66 per metric ton.
Menurut Wijen, meskipun begitu kami perkirakan pelemahan harga batubara hanya akan berlangsung paling lama hingga awal tahun depan. Setelah itu, harga komoditas akan mengalami reversal dan menguat signifikan, seperti dikutip dari berita bisnis.com, Jum'at (1912/2014).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara di bursa Rotterdam pada perdagangan Selasa (14/10/2014) melemah 0,145 ke level USD72,1 per metric ton. Pada Senin (13/10/2014), harga komoditas batubara itu ditutup juga terkoreksi 0,35 persen ke USD72,2 per metric ton.
Disamping itu tribunnews.com memberitakan bahwa pengaruh turunnya harga minyak dunia hingga saat ini mencapai 59 dolar AS per barel membawa keuntungan bagi produsen batubara.
Sepanjang tahun 2014 rata-rata harga batubara acuan (HBA) hanya 72,62 dolar AS per ton, merosot 12,42 persen dibandingkan dengan rata-rata HBA tahun 2013 yang sebesar 82,92 dolar AS per ton.
Direktur Utama PT Atlas Resources Tbk (ARII) Andre Abdi mengungkapkan, penurunan harga minyak dunia menimbulkan rasa optimis bagi pengusaha pertambangan batubara.Perusahaan bisa berhemat ongkos operasional, karena sekitar 30 persen dari biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha batubara untuk membeli bahan bakar minyak.
Dengan fokus penjualan batubara ke pasar domestik, khususnya ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), kata Andre, sebagian besar biaya bahan bakar ARII habis untuk pembelian solar truk pengangkut batubara dengan jarak tempuh rata-rata 130 kilometer (km) ke pembangkit PLN.
Sebagai gambaran, tahun 2013, saat membuat rencana anggaran tahun 2014, ARII mengasumsikan harga solar 1,2 dolar AS per liter dengan kurs Rp 11.000 atau harga solar sebesar Rp12.000 per liter.
Menurut hitungan Andre, penurunan harga solar non subsidi bisa memangkas hingga 50 persen biaya transportasi. Hasil ini akan dapat mengurangi beban biaya penambangan. Untuk itu target ARII tahun depan adalah meningkatkan produksi batubaranya menjadi 4,3 juta ton. Angka ini lebih besar dari target produksi hingga 3 juta ton tahun ini.
Direktur PT ATPK Resources Tbk Albert Bangun memberikan penjelasan bahwa penurunan harga minyak dunia saat ini berdampak kepada dua hal bagi produsen batubara, pertama akan memicu penurunan harga batubara secara international yang mengakibatkan target penjualan perusahaan menurun. Kedua, akan berdampak kepada biaya penambangan namun hingga akhir tahun 2014 ini, belum terlihat dampaknya karena harga BBM non subsidi belum ditetapkan untuk turun.
"Mungkin saja nanti pada tahun 2015 batu terlihat,"tegas dia. Hasilnya saat ini ATPK belum melakukan analisa seberapa besar penurunan harga minyak dunia ini terhadap penurunan biaya penambangan yang mereka kelola.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai bahwa merosotnya harga jual minyak tentunay akan berimbas pada harga batubara yang bersamaan sebagai komoditas energi ikut menurun.
Bob merasa pesimis target produksi yang dipatok pemerintah pada tahun depan sekitar 455 juta ton bisa terealisasi, akan banyak pengusaha yang akan mengerem produksi akibat tekanan harga jual batubara yang diperkirakan masih rendah.
"Kalau sekarang kami bisa mendapatkan margin 3 dolar AS hingga 2 dolar AS per ton, tapi kalau harga minyak turun, pasti harga batubara ikut turun. Jadi kami juga belum tahu sampai kapan bisa mempertahankan margin ini," ujar Bob. Harapan penambang batubara saat ini adalah permitaan batubara meningkat di tengah harga yang murah.
(Sumber: bisnis.com; tribunnews.com)



 

Komentar

Postingan Populer