Harga batubara acuan (HBA) Bulan April Mengalami Penurunan 6,9 Persen

Jakarta, 08/4/2018, Harga batu bara acuan (HBA) untuk bulan April 2018 sebesar US$94,75 per ton ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). HBA tersebut turun cukup signifikan atau 6,9 persen jika dibandingkan HBA pada Maret yang sebesar US$101,89 per ton.
Sebelumnya HBA sempat mengalami kenaikan pada awal 2018, di mana HBA untuk Februari 2018 ditetapkan US$100,69 per ton atau naik 5,4 persen dibandingkan HBA Januari yang mencapai US$ 95,54 per ton, kemudian kembali naik 1,2 persen ke level US$ 101,89 per ton pada Maret 2018.
HBA sejak awal 2018 berada di kisaran US$100 per ton. Hal itu dipengaruhi oleh tingginya permintaan Cina akan batu bara. Harga batu bara terus membaik dalam dua tahun terakhir yang terpantau mengalami tren bullish cukup kuat.
Sekedar informasi, HBA ditetapkan oleh Kementerian ESDM berdasarkan indeks pasar internasional. Terdapat empat index yang dipakai dalam perhitungan HBA yakni Indonesia Coal Index (ICI), New Castle Global Coal (GC), New Castle Export Index (NEX), dan Platts59.
Adapun bobot dari masing-masing index tersebut sebesar 25 persen dalam perumusan formula HBA.
Penurunan HBA untuk bulan April ini disebabkan oleh adanya penurunan permintaan dari Cina yang merupakan salah satu konsumen batu basar terbesar di dunia, serta berlalunya musim dingin juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan HBA turun.
Pergerakan Saham-saham Pertambangan
Menanggapi penurunan HBA bulan April, saham-saham di sektor pertambangan pada perdagangan Rabu kemarin terpantau mengalami koreksi cukup tajam dengan indeks secara sektoralnya turun 2,13 persen, atau yang terdalam dibandingkan sektor lain.
Selengkapnya berikut analisis teknikal beberapa saham sektor pertambangan :
Menurut analis Bareksa, saham milik Garibaldi Thohir ini pada perdagangan Rabu kemarin, terpantau turun cukup dalam. Aksi jual investor asing cukup masif dengan mencatatkan net sell senilai Rp29,47 miliar.
Secara teknikal, pergerakan saham ADRO masih dalam fase downtrend yang ditandai pergerakan harga yang masih berada di bawah MA 5 < MA 20 < MA 60 dengan support di level Rp1.945.
Menurut analisis Bareksa, saham milik Grup Bakrie ini terpantau mengalami penurunan dengan volume yang relatif menurun pula. Secara tren, saham BUMI cenderung masih dalam fase sideways sejak pertengahan Maret lalu.
Namun posisi harganya saat ini terlihat masih berada di bawah MA 5, Ma 20, dan MA 60. Di sisi lain, investor asing justru terpantau mencatatkan net buy dalam tiga hari terakhir, dengan nilai Rp9,22 miliar pada perdagangan Rabu kemarin.
Saham PTBA kemarin terpantau mengalami penurunan relatif lebih kecil dibandingkan beberapa saham tambang lain. Pergerakan saham ini dalam tiga hari sebelumnya terpantau cukup positif dengan mencatatkan kenaikan.
Sehingga penurunan kemarin tampaknya masih dalam koreksi wajar dan hanya pengaruh secara sektoral. Volume pun terlihat mengalami penurunan menandakan tidak ada aksi jual yang terlalu besar. Di samping itu investor asing justru mencatatkan net buy Rp12,87 miliar pada perdagangan kemarin.
Saham anak usaha Indika Grup ini terpantau turun cukup signifikan pasca dalam dua pekan terakhir mulai mencoba bangkit.
Volume terlihat relatif kecil menandakan tidak ada aksi distribusi secara besar-besaran. Selain itu, posisi harga saat ini berada tepat pada garis MA 60 sehingga ada potensi technical rebound jika mampu bertahan di atas level tersebut. (AM).
Sumber: www.bareska.com

Komentar

Postingan Populer